Diet Berbasis Nabati: Studi The Lancet Ungkap Manfaat bagi Kesehatan dan Kelestarian Bumi

Pola Makan Nabati Jadi Sorotan Global

Paris – Para pakar internasional kembali menekankan pentingnya beralih ke pola makan berbasis nabati sebagai upaya menjaga kesehatan tubuh sekaligus kelestarian lingkungan. Rekomendasi ini muncul dalam laporan terbaru yang diterbitkan jurnal medis The Lancet pada Jumat, 3 Oktober 2025.

Dalam publikasi tersebut, para peneliti menegaskan bahwa pola makan sehat sebaiknya berfokus pada konsumsi bahan pangan nabati, dengan porsi moderat untuk makanan hewani serta membatasi gula, lemak jenuh, dan garam.

“Pola makan sehat pada dasarnya berbasis nabati, dengan tambahan pangan hewani dalam jumlah moderat,” tulis tim peneliti dalam laporan itu.

Lanjutan dari Studi 2019

Laporan ini bukan kali pertama The Lancet mengangkat isu serupa. Pada 2019, mereka telah memperkenalkan konsep planetary health diet yang sempat menuai kontroversi. Saat itu, usulan pengurangan porsi daging dianggap berlebihan dan sulit diterapkan karena bertentangan dengan kebiasaan konsumsi masyarakat di berbagai negara.

Meski menuai penolakan, banyak ilmuwan mendukung konsep tersebut karena diyakini dapat menurunkan risiko penyakit kronis, menjaga keberlanjutan ekosistem, serta mengurangi emisi karbon dari sektor pangan.

Planetary Health Diet: Rekomendasi Terbaru

Dalam laporan edisi 2025, para peneliti kembali menegaskan rekomendasi pola makan global yang seimbang, yaitu:

  • Daging merah (sapi, babi, domba): maksimal 15 gram per hari
  • Sayuran: 200 gram per hari
  • Buah-buahan: 300 gram per hari
  • Biji-bijian: 210 gram per hari
  • Produk susu: 250 gram per hari
  • Ikan dan makanan laut: 30 gram per hari
  • Unggas: dalam jumlah terbatas sebagai alternatif protein

Meski terdapat penyesuaian kecil, angka-angka ini tidak jauh berbeda dari rekomendasi 2019 yang menetapkan konsumsi daging merah maksimal 14 gram per hari.

Manfaat Diet Nabati bagi Kesehatan

Penerapan diet berbasis nabati diyakini membawa berbagai manfaat, di antaranya:

  • Meningkatkan Kesehatan Jantung – Konsumsi sayuran, buah, dan biji-bijian yang kaya serat membantu menurunkan kadar kolesterol.
  • Menekan Risiko Penyakit Kronis – Pola makan ini terbukti menurunkan risiko diabetes tipe 2, kanker, dan hipertensi.
  • Memperpanjang Usia Harapan Hidup – Studi epidemiologi menunjukkan masyarakat dengan pola makan berbasis nabati memiliki angka kematian lebih rendah
  • Meningkatkan Daya Tahan Tubuh – Nutrisi nabati kaya antioksidan dan fitonutrien yang berperan dalam memperkuat sistem imun.

Dampak Positif bagi Lingkungan

Selain kesehatan, diet berbasis nabati juga berdampak besar pada keberlanjutan bumi. Produksi pangan berbasis hewani, khususnya daging merah, terbukti menyumbang emisi gas rumah kaca yang signifikan, membutuhkan lahan luas, serta menguras sumber daya air.

Dengan mengurangi konsumsi daging dan beralih ke pangan nabati, masyarakat dapat membantu menekan jejak karbon, menjaga keanekaragaman hayati, dan mendukung sistem pangan yang lebih berkelanjutan.

Tantangan Implementasi

Meski manfaatnya jelas, penerapan diet nabati masih menghadapi sejumlah tantangan. Faktor sosial-ekonomi, budaya, hingga ketersediaan bahan pangan sehat menjadi hambatan utama.

Bagi negara berkembang, akses terhadap pangan nabati berkualitas seringkali terbatas. Sementara di negara maju, kebiasaan konsumsi daging sudah mengakar dalam budaya masyarakat. Karena itu, diperlukan edukasi publik serta kebijakan pemerintah yang mendukung peralihan menuju pola makan sehat dan ramah lingkungan.

Kesimpulan

Temuan terbaru The Lancet semakin menegaskan bahwa diet berbasis nabati bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan global untuk kesehatan manusia dan keberlanjutan bumi. Dengan membatasi konsumsi daging merah, memperbanyak sayuran, buah, serta biji-bijian, masyarakat dapat menjaga tubuh tetap sehat sekaligus melindungi lingkungan untuk generasi mendatang.

 

Sumber: metrotvnews.com

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *